Minggu, 09 Oktober 2011

penyakit mata ikan

Kutil dan mata ikan sering menyerang pada kaki, tangan dan jemari. Beberapa orang menyebutnya caplak.  Penyakit ini terdengar kampungan dan kurang elit, karena itu  seseorang yang terkena mata ikan dan atau kutil biasanya malu dan hanya didiamkan saja. Padaha jika hanya didiamkan nantinya akan membesar dan rasa percaya diri akan berkurang. Jika ada mata ikan ditelapak tangan rasanya sungkan untuk  salaman karena ada menonjol ditangan, atau sakit untuk berjalan karena caplaknya ada ditelapak kaki. *curhat seseorang hehehe*.
Kenapa ini terjadi? Bagaimana menghilangkannya?
Penyakit ini ternyata disebabkan oleh  human papillomavirus (HPV). Virus HPV ini ada beberapa macam ada yang menyerang kaki (HPV-1) dan tangan (HPV-2), khusus untuk HPV jenis lain seperti yang menyerang servik, dan alat kelamin (genital) tidak saya bahas kerena  agak  serem topiknya.
Mengobati kutil dan mata ikan biasanya dengan obat Collomack®, kandungannya asam salisilat 40%. Asam salisilat berfungsi mengikis lapisan epidermis  sehingga lapisan kulit menjadi tipis, sampai akar mata ikan sehingga hilang. Namun sejak Collomack tidak diproduksi lagi penderita kutil/ mata ikan kesulitan mengobatinya. Sekarang juga ada yang membuat formula seperti Collomack, namanya Callusol® (kandungannya hampir sama dengan Collomack). *bukan promosi obat kutil dan mata ikan*. Harganya tidak mahal.
Saya punya mata ikan dikaki tapi ukuranya udah gede, apakah mempan pake obat diatas?
Plantar wartsSebaiknya mata ikan dan kutil tidak dibiarkan, jika mata ikannya masih kecil bisa diobati dengan asam salisilat 40% namun jika mata ikan sudah sebesar koin sebaiknya segeralah kedokter, minta dilakukan minor surgery (operasi kecil) tidak perlu takut kok hanya dibius lokal sedikit, lapisan tebal tersebut akan diangkat dan setelah dikasih obat akan diperban agar lukanya kering dan sembuh. Bisa lompat-lompat lagi hehehe. Kalo mau tahu lebih detail mengenai mata ikan (Plantar Wart) kesini aja deh.
Tips 1: Jika ingin menggunakan obat ini sebaiknya rendam dulu kaki atau tangan atau jemari selama 15-30 menit agar lapisannya tidak keras lalu sikat dengan lembut bagian yang terkena caplak, setelah itu oles dengan obat asam salisilat 40%. Beberapa merek selain obat diatas memberikan ring bentuk bulat agar obatnya tidak melebar.

Waspadai Mata Ikan

Pengerasan kulit di telapak kaki atau tangan yang disebut mata ikan atau clavus memang menyebalkan. Seperti kapalan tetapi lebih keras dan sakit jika ditekan (kalau di telapak kaki, terasa sakit kalau berjalan). Untuk menghilangkannya secara efektif pun terasa menyakitkan karena harus dioperasi kecil (cauter) dan tentu saja wajib dilakukan oleh dokter.
Mata ikan di telapak kaki kiri saya sudah lama bercokol. Salah satu karakter dari penyakit ini adalah tumbuh dengan pelan dan pasti. Sampai saya tidak menyadari kalau mata ikan di kaki saya itu sudah cukup besar dan berlubang. Kalau pagi terasa sakit sekali jika dipakai berjalan.
Akhirnya, saya membulatkan tekad untuk meminta dokter membedah penyakit ini. Saya pun mendatangi dokter spesialis kulit dan kelamin di Rumah Sakit Elizabeth Semarang.
Begitu melihat mata ikan di kaki saya, Dokter Paulus Yogyartono sepertinya tidak punya pilihan lain. “Berani kan kalo dioperasi, dibius lokal kok,” katanya.
Oke, memang sepertinya itulah solusi yang terbaik. Dengan dibedah, akar mata ikan itu bisa diambil dan berpeluang besar tidak tumbuh lagi. Setelah menyetujui biaya operasi Rp 200.000, saya pun pasrah tergeletak di ranjang periksa.
“Sakit gak dok?”
“Gak, paling sakit dikit pas disuntik”
Benar saja, pas disuntik, sakitnya minta ampun. Padahal, dokter sudah pakai jarum yang paling kecil, tapi rasanya tetap saja seperti kena pecahan kaca. Tidak tanggung-tanggung, empat suntikan obat bius sudah menyebar di sekeliling mata ikan. Sang pasien pun terpaksa menggeliat, meronta dan menggigit lengan kaos. Untung mbak perawat di dekat kaki gak ikut kesepak. This was the worst part of the surgery.
Dokter pun segera menyiapkan, dua buah gunting operasi dan siap menguliti mata ikan. “Dok, apa gak sebaiknya tunggu beberapa menit dulu biar obat biusnya bekerja dulu?”
“Wah, terus saya gak pulang dong, nungguin seharian.” Wah dokter ini, sang pasien kan baru pertama kali mengalami operasi lokal.  Lagipula, ngeri juga liat ada orang lain yang pegang gunting dan siap menyayat kulit di bagian tubuh kita.
Tapi untunglah, proses pencabutan akar mata ikan itu tidak sakit sama sekali. Akhirnya, mata ikan berwarna coklat keputihan sebesar biji kacang itu terambil. Kata dokter, akar itu tertanam setengah sentimeter dari permukaan kulit. Setelah selesai, telapak kaki saya berlubang dan harus dibebat dengan perban. Selama empat hari, kaki tidak boleh kena air dan harus rutin minum obat dari dokter (maaf tulisan nama obat di resep gak jelas sama sekali, mungkin cuma orang farmasi yang paham).
Setelah merasakan sakitnya operasi mata ikan, saya berharap tidak lagi mengidap penyakit ini. Tapi jangan salah, penyakit ini-katakanlah-bukan penyakit kampungan lho. Kata dokter, penyakit ini disebabkan virus. Ada juga yang berpendapat kalau penyakit ini muncul gara-gara sepatu yang dipakai tidak pas dan nyaman.
Saya jadi teringat pengalaman liputan banjir di Jakarta tahun lalu. Sepanjang hari saya berbasah ria di daerah Muara Baru, Jakarta Utara, dengan beralas kaki. Setelah selesai liputan, kayaknya saya sering lupa mencuci kaki dan langsung mengetik berita. Padahal, entah bakteri dan virus macam apa saja yang ada di air banjir itu.
Salah satu langkah paling efektif adalah tetap menjaga kebersihan kaki (terutama bagi orang yang banyak berjalan ketika bekerja). Dan usahakan pula selalu memakai sepatu atau sandal yang tidak menyiksa kaki.
Sayang, masih ada bibit mata ikan di kaki sebelah kanan.

1 komentar:

El mengatakan...

bang itu operasinya di daerah mana ?? dan rumah sakit apa ??
bisa minta infonya ga ??

Posting Komentar