Senin, 10 Oktober 2011

penyakit zoonosis

Penyakit zoonosis adalah penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia. Ada banyak penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit zoonosis ini. Berikut beberapa penyakit zoonosis yang lazim ditemukan pada ternak kambing, domba dan sapi.
1. ANTHRAX
Penyebab : bakteri Bacillus anthracis
Hewan terserang : Sapi, kambing, domba, babi dan burung onta.
Gejala : Demam tinggi, nafsu makan hilang, gemetaran, nafas ngos-ngosan, bengkak-bengkak, keluar darah dari lubang-lubang alami (telinga, hidung, mulut, anus & kemaluan ) kemudian diikuti kematian. Organ limpa membengkak dan berwarna gelap.
Penularan : melalui makanan (mulut), pernafasan dan kontak kulit.
Pemotongan : hewan teserang anthrax dilarang untuk dipotong.
2. BRUCELLOSIS (Keluron Menular)
Penyebab : bakteri Brucella abortus
Hewan terserang : Sapi, kambing.
Gejala : Keguguran pada hewan bunting. Peradangan testis (buah pelir) pada hewan jantan.
Penularan : melalui saluran makanan, kelamin, selaput lendir dan luka oleh air kencing, air ketuban, susu dan daging hewan penderita.
Pemotongan : dilakukan di Rumah Potong Hewan (RPH) dengan pengawasan ketat oleh dokter hewan. Bekas tempat pemotongan disucihamakan.
3. LEPTOSPIROSIS.
Penyebab : bakteri Leptospira sp
.
Hewan terserang :Sapi, anjing, kerbau, babi, tikus.
Gejala : demam, nafsu makan turun, sesak nafas, loyo, selaput lendir kekuningan (icterus), air kencing lebih pekat dan berwarna kuning. Ginjal membengkak dan berwarna gelap.
Penularan : makanan dan minuman (daging, organ ginjal dan susu ) yang tercemar bakteri leptospira. Juga oleh air kencing hewan penderita ,atau genangan air yang tercemar air kencing penderita , lewat selaput lendir dan luka.
Pemotongan : hewan penderita leptospirosis tidak boleh dipotong (dikonsumsi).
4. SALMONELLOSIS ( Diare Menular)
Penyebab : bakteri Salmonella sp.
Hewan terserang : sapi, domba, kambing, babi, ayam.
Gejala : diare disertai lendir, kadang berdarah.
Penularan : Daging, telur dan susu merupakan sumber penularan. Juga kotoran penderita yang mencemari makanan, minuman dan alat-alat.
Pemotongan : hewan penderita tidak boleh dipotong.
5. TUBERCULOSIS
Penyebab : bakteri Mycobacterium tuberculosis.
Hewan terserang : sapi, babi, kuda, domba, kambing, kera, anjing dan kucing.
Gejala : tidak terlalu jelas. Kadang batuk yang tidak sembuh-sembuh. Paru-paru terdapat benjolan-benjolan putih (tuberkel). Dalam keadaan berat tuberkel menyebar ke seluruh bagian tubuh.
Penularan : lewat saluran pencernaan dan pernfasan oleh percikan batuk hewan penderrita.
Pemotongan : apabila ditemukan tuberkel pada satu organ saja, daging boleh dikonsumsi. Hanya organ yang bersangkutan diafkir (dimusnahkan / dibakar). Jika tuberkel ditemukan pada banyak organ, maka harus diafkir seluruhnya. Dibakar dan ditanam.
6. ORF
Penyebab : virus parapox
Hewan terserang : kambing dan domba
Gejala : peradangan pada kulit, kemudian melepuh dan terbentuk keropeng. Bagian yang sering dijumpai adanya keropeng yaitu kulit yang jarang ditumbuhi bulu misalnya sekitar mulut, mata, alat kelamin dan ambing.
Penularan : kontak langsung dengan bahan-bahan yang mengandung virus tersebut.
Pemotongan : tidak boleh dipotong atau boleh diopotong dibawah pengawasan dokter hewan.
7. SISTISERKOSIS (Cacing Pita )
Penyebab : cacing pita Taenia saginata
Hewan terserang : Sapi & kerbau.
Penularan : makanan yang tercemar telur cacing pita dari kotoran manusia penderita (cacing pita dewasa hanya hidup di saluran pencernaan manusia).
Gejala : tidak menunjukkan gejala nyata. Terdapat gelembung-gelembung seperti butiran beras pada beberapa bagian daging atau organ dalam.
Pemotongan : bila infestasi merata yaitu disetiap irisan daging terdapat kista, maka semuanya harus diafkir / dimusnahkan. Apabila infestasi ringan / tidak merata, daging boleh dikonsumsi setelah dimasak secara matang atau dibekukan –10oC selama 6 hari.
8. TOXOPLASMOSIS
Penyebab : protozoa bersel tunggal Toxoplasma gondii
Hewan terserang : Sapi, kambing, domba, kerbau, babi, unggas, anjing, kucing.
Gejala : Tidak ada gejala yang nyata. Apabila kista berada di otak akan menunjukkan gejala epilepsi. Kista yang berada di retina maka penderita akan mengalami kebutaan.
Penularan : melalui salauran pencernaan lewat makanan (daging, buah , sayuran ), minuman, tangan dan alat yang tercemar telur toxoplasma maupun kistanya. Toxoplasma hanya berkembang biak didalam seluran pencernaan kucing penderita.
Pemotongan : boleh dipotong karena secara fisik (visual) sulit mendeteksi adanya kista toxoplasma. Disarankan untuk selalu mengkonsumsi daging yang telah dimasak secara baik.
9.SCABIES
Penyebab : parasit Sarcoptes scabiei
Hewan terserang : sapi, kerbau, kambing, domba, babi, anjing, kucing dan kelinci.
Gejala : peradangan dan gatal-gatal pada kulit sekitar mulut, mata, telinga, kaki dan ekor, diikuti kerontokan bulu dan penyebaran ke bagian kulit lainnya.
Penularan : kontak langsung dengan penderita.
Pemotongan : diijinkan dengan mengafkir kulit. Daging diperiksa apakah masih layak untuk dikonsumsi.
10. RINGWORM
Penyebab : cendawan Trichophyton dan Microsporum.
Hewan terserang : Sapi, kambing, domba, unggas, anjing, kucing, kuda.
Gejala : bercak-bercak merah, bernanah, bulu rontok terutama kulit bagian muka, leher dan punggung.
Penularan : kontak langsung.
Pemotongan ; hewan penderita boleh dipotong dan dagingnya boleh dikonsumsi. Kulit diafkir dan dibakar.
Penggemar hewan kesayangan, menjaga kesehatan pada hewan kesayangan adalah bagian wajib dari rasa sayang kita pada hewan kesayangan kita. Sebetulnya menjaga kesehatan hewan kesayangan kita bukan hanya untuk kesejahteraan hewan kesayangan kita atau wujud dari rasa sayang kita pada hewan kesayangan kita namun juga terhadap kesehatan kita sendiri. Mengapa? Karena hewan kesayangan kita juga menjadi sumber potensial penyebaran penyakit terhadap sesama hewan kesayangan bahkan terlebih kepada kita pemilik hewan kesayangan. Penyakit yang menular dari hewan kesayangan kita pada kita disebut sebagai penyakit zoonosis atau lebih tepatnya anthropozoonosis. Ada beberapa penyakit yang harus kita tahu dan wajib diwaspadai yang menyerang hewan kesayangan kita dan dapat menular pada kita sebagai pemilik hewan kesayangan.
Avian influenza. Dikenal juga sebagai flu burung, penyakit yang disebabkan virus influenza dan dapat menular pada manusia serta bersifat fatal. Virusnya sebetulnya berasal dari unggas air liar yang kemudian menular dan berubah sifat pada unggas piaraan. Hingga saat ini tidak ada obat yang efektif untuk mengatasi avian influenza sehingga langkah yang paling efektif adalah biosekuriti alias melalui pencegahan. Pencegahan yang paling efektif adalah menjaga kebersihan, karena virusnya mudah dibunuh dengan desinfektan.
Antraks. Suatu infeksi yang disebabkan oleh bakteri Baccilus anthracis. Pada manusia dapat ditemukan dalam 3 bentuk yaitu, kulit (kutaneus), respirasi atau intestinal. Semua hewan peliharaan dan hewan liar mempunyai risiko untuk terinfeksi. Serangan akut baik pada munsia atau hewan bersifat fatal. Pada hewan yang dicurigai terserang antraks dilarang membuka karkas atau bangkainya, bahkan untuk alasan pemeriksaan. Pada manusia bentuk kutan bila tidak diobati akan mempunyai risiko kematian 5-20% dan bentuk intestinal 25-75%. Antraks bentuk paru atau respirasi biasanya fatal.
Leptospirosis. Suatu penyakit yang disebabkan bakteri bernama Leptospira. Leptospira mempunyai lebih dari 170 serotipe. Sebagian besar hewan dapat menjadi hospes termasuk hewan kesayangan kita. Namun demikian ada reservoar utama, L. canicola pada anjing, L. hardjo pada sapi dan L. ichterohemorhagiae pada tikus. Leptospira dikeluarkan melalui air seni yang kemudian mencemari lingkungan terutama lingkunganair. Manusia tertular melalui kontak langsung dengan hewan atau lingkungan yang tercemar dan leptospira masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang lecet, luka atau selaput mukosa. Pada hewan akan menyebabkan ikterus (kekuningan) ringan sampai berat dan anemia, hepar membesar dan mudah rusak serta ginjal membengkak. Pada manusia terjadi hepatomegali dengan degenerasi hepar serta nefritis. Anemia, ikhterus hemolitik , meningitis dan pneumonia.
Rabies. Penyebab rabies adalah virus rabies (Rhabdoviridae). Rabies terdapat di semua benua kecuali Australia dan Antartika. Sedangkan beberapa negara yang bebas rabies saat ini adalah Kepulauan Britania. Swedia, Selandia Baru, Jepang, Hawaii, Taiwan, Pulau pulau Pasifik dan beberapa negara Hinda Barat. Virus ini menginfeksi semua hewan berdarah panas dan manusia. Pada manusia gejala kahsnya adalah demam, perubahan tingkah laku, kecemasan, sulit tidur, sakit kepala, gelisah, kontraksi spamodik dari otot yang membengkak, sulit menelan (paralisis) kejang-kejang diikuti kelumpuhan (paralisis) dan kematian. Pada hewan dapat terjadi tidak hanya anjing, kucing tapi juga pada kelinci, marmut, hamster, kera, monyet dan lain-lain (semua hewan berdarah panas). Pada hewan gejalanya terdiri dari 2 bentuk yaitu pasif dan aktif. Keduanya dimulai dari tingkah laku yang abnormal, anoreksia diikuti agitasi dan agresi pada anjing. Hipersalivasi diakibatkan karena tidak adanya refleks menelan. Kejang, paralisis dan kematian. Bentuk pasif langsung paralisis, hipersalivasi dan mati. Waspadai bahwa semua hewan kesayangan anda mempunyai potensi menularkan rabies terutama pada daerah-daeah enzootik rabies dan belum dilakukan vaksinasi anti rabies.
Toxoplasmosis. Penyebab toksoplasmosis adalah parasit golongan protozoa yang bernama Toxoplasma gondii. Induk semang definitifnya adalah kucing, artinya pada tubuh kucing Toxoplasma dapat berbiak secara kawin dan non kawin. Dengan adanya perkawinan akan dihasilkan ooksita (suatu bentuk telur yang sangat kecil). Untuk dapat menginfeksi pada kucing atau hewan lain atau manusia, ookista harus mengalami sporulasi sehingga menjadi infekstif. Sumber penularan lain selain ookista infekstif adalah bahan pangan yang terkontaminasi ookista infektif serta daging atau telur yang mengandung tachizoid atau bradizoit (bentuk lain Toxoplasma).
Scabiosis. Penyebab penyakit ini adalah Sarcoptes scabei dengan penyakit yang sering disebut adalah kudisan. Penyakit ini seringkali menyerang pada hewan yang tidak terawat atau kotor. Pada tubuh hewan parasit ini akan masuk ke dalam lapisan kulit dan membuat semacam terowongan dan berkembang biak. Semua hewan dapat terserang scabiosis (anjing, kucing, kelinci, marmut, kambing, domba dan lain-lain). Penularan pada manusia, perkembangan parasit biasanya tidak sempurna ( tidak terjadi perkembangbiakan) dan kerusakan kulit yang parah. Lesi biasanya berupa ruam-ruam, gatal pada kulit.
Brucellosis. Bruselosis adalah infeksi bakteri yang dapat menyebabkan demam yang berulang dan kronis pada manusia. Infeksi tersebut didapat melalui kontak dengan hewan yang terinfeksi atau hasil susunya. Penyebab bruselosis adalah Brucella abortus pada sapi, Brucella canis pada anjing, Brucella melitensis dan Brucella ovis pada kambing dan domba, Brucella suis pada babi. Penularan diantara hewan  terjadi akibat perkawinan alami, kontak dengan janin yang terinfeksi dan cairan-cairan kelahiran. Infeksi pada manusia setelah minum susu yang tidak dipasteurisasi atau kontak langsung dengan bahan-bahan yang terinfeksi (darah, urine, cairan kelahiran, selaput fetus, cairan vagina). Pada manusia akan terjadi demam yang berfluktuasi, malaise, lemah, lelah, kaku, berkeringat, sakit kepala, sakit opunggung, sakit persendian, kehilangan berat badan dan gejala sistemik lainnya. Dapat juga terjadi pembesaran limfa, hepar dan limpa, bahakn endokarditis. Gejala lainnya termasuk depresi dapat disalahartikan sebagai neurosis dan dapat bertahan selama beberapa bulan atau tahun dengan sering berulang.
Filariasis. Suatu infeksi cacing gelang melalui nyamuk. Agen penyebab yang bersifat zoonosis adalah Brugei malay dan Dirofilaria immitis. B. malay ditemukan di Malaya dan Filipina. D. immitis ditemukan pada anjing di Amerika Selatan dan Utara, Australia, India, Timur Jauh dan Eropa. Infeksi pada manusia telah dilaporkan dari Amerika Serikat dan sebagian kecil Kanada dan Australia. Reservoar B. malay adalah monyet dan kucing. Pada anjing yang dikenal adalah Dirofilaria immitis atau cacing jantung. Cacing ini dijumpai di bilik kanan dan arteri pulmonal anjing. Infeksi ringan tidak menimbulkan gejala tetapi infeksi yang kronis akan menyebabkan jantung tidak bekerja dengan baik disertai asites dan bendungan pasif. Pada manusia dapat terjadi demam berulang. Limfadenopati, lemfangitis dan abses. Pembesaran yang menyolok dari anggota gerak (elefentiasis) dan jarang terjadi hidrosel yang berkembang setelah bertahun-tahun. Tanpa adanya screening yang baik dan lalu lintas hewan kesayangan (import) yang sangat tinggi bukan tindak mungkin di Indonesia juga ada infeksi D. immitis.

0 komentar:

Posting Komentar